Komodifikasi Tato Mentawai dalam Praktik Pariwisata di Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai

(1) * Muhammad Fadli Mail (Andalas University, Indonesia)
(2) Syafril Syafril Mail (Andalas University, Indonesia)
(3) Pramono Pramono Mail (Andalas University, Indonesia)
*corresponding author

Abstract


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komodifikasi tato Mentawai dalam praktik pariwisata di kecamatan Siberut Selatan. Dilakukan di tiga desa yaitu (1) Maileppet, (2) Muntei, dan (3) Matotonan. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan bentuk komodifikasi tato Mentawai yang terjadi dalam praktik pariwisata, (2) menganalisis faktor penyebab terjadinya komodifikasi tato Mentawai, dan (3) menganalisis makna serta dampak komodifikasi tato Mentawai. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif dengan menggunakan teori komodifikasi berdasarkan pandangan kapital oleh Karl Marx dan komoditas oleh Arjun Appadurai. Penelitian ini menemukan bahwa komodifikasi tato Mentawai dalam praktik pariwisata di kecamatan Siberut Selatan terjadi dalam bentuk perubahan fungsi dan makna, tujuan pembuatan, dan ragam variasi motif serta dalam bentuk atraksi wisata. Adapun faktor penyebab terjadinya komodifikasi tato Mentawai adalah (1) kebutuhan representasi identitas, (2) globalisasi dan (3) ekomomi wisata sebagai bentuk kapitalisme. Ditemukan makna komodifikasi tato Mentawai dalam bentuk variasi motif, perubahan makna dan fungsi, serta komersialisasi pertunjukan mentato. Dampak positif komodifikasi tato Mentawai yaitu memberikan pemasukan kepada pelaku wisata, pelestarian tato Mentawai, dan meningkatkan aktivitas wisata. Dampak negatifnya ialah komodifikasi telah mengkomersialisasi tato Mentawai dan meleburkan makna filosofisnya. Secara sosial budaya, komodifikasi tato Mentawai telah mengubah cara pandang masyarakat terhadap tato Mentawai baik secara fungsi maupun maknanya. Pariwisata telah membuat masyarakat tradisi bersifat pragmatis, menilai sesuatu degan materi

Keywords


Commodification; Culture; Mentawai; Tattoo; Tourism.

   

DOI

https://doi.org/10.31604/jim.v9i4.2025.2072-2080
      

Article metrics

10.31604/jim.v9i4.2025.2072-2080 Abstract views : 0 | PDF views : 0

   

Cite

   

Full Text

Download

References


Appadurai, A. (2014). The Social life Of Things Commodities In Cultural Perspektive. Cambridge University Press, 3-63.

Barker, C. (2000). Cultural Studies. London: Sage Publication.

Delfi, M. (2013). Islam and Arat Sabulungan in Mentawai. Al-Jami'ah, Vol. 51, No. 2, 475-499.

Handani, I. (2019). Analisis Semiotika Tato Tradisional Suku Mentawai. Jurnal Koneksi Vol.3, No. 1, 49-55.

Lenao, M. (2015). Impacts of Cultural Tourisme on the Domestic Utility of Traditional Baskets: Case of Gumare and Etsha 6 Vilages in the Okavango Delta, Bostwana. Nordic Journal of African Studies, 301-318.

Marx, K. (1987). Capital Volume 1. Moscow: Progres Publisher.

Niko, N. (2019). Festival Air (Songkran): Komodifikasi Budaya di Tahiland. SIMULACRA, 21-29.

Olong, H. A. (2006). Tato. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara.

Padori, A. (2023). Komodifikasi Rumah Gadang dalam Destinasi Wisata Saribu Rumah Gadang di Kabupaten Solok Selatan. Tesis S2.

Sriwayuni, P. (2024). Atraksi Wisata Budaya Titi (Tato) Sebagai daya Tarik Wisata di Desa Wisata Muntei Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Jurnal Pendidikan Sosial dan Humaniora, 3807-3821.

Wibowo, L. A. (2008). Modul usaha Jasa Pariwisata. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wijaya, D. (2023). Catatan Etnolinguistik Orang Mentawai di Dusun Butui. Jurnal Masyarakat Indonesia Vo. 49 No. 1, 13-24.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

 
Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.