NILAI-NILAI FILOSOFIS DALAM GURO-GURO ARON PADA MASYARAKAT SUKU KARO DESA LAU GUMBA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

Siti Latifah, Danny Abrianto, Zulfi Imran

Abstract


Masyarakat Karo merupakan masyarakat pedesaan yang secara historis menempatkan penekanan kuat pada pertanian sebagai penggerak ekonomi utamanya. Padi merupakan salah satu hasil bumi yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Selain penting dalam perekonomian masyarakat Karo, beras juga memainkan peran penting dalam praktik keagamaan dan sosial masyarakat Karo. Dengan harapan tercapainya hasil yang baik, yang nantinya akan diwujudkan dalam bentuk pesta guro-guro aron, maka setiap langkah proses penanaman, dari awal hingga akhir, harus diakui, dihargai, dan menunjukkan rasa syukur agar hasil yang diperoleh memuaskan. Suku Karo ialah budaya yang memegang teguh tradisi yang telah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya oleh nenek moyang mereka. Tradisi ini telah diturunkan dari generasi ke generasi. Kegiatan Guro-guro aron Year Work mencerminkan kehidupan sosial masyarakat Karo yang kaya akan cita-cita gotong royong, dan nilai-nilai sosial sebagai falsafah hidup. Dalam bidang pertanian Karo, orang yang bergotong royong atau melakukan usaha pertanian di sawah, kebun, atau sawah disebut aron. Orang Karo memiliki sejarah panjang bekerja sama dalam jarak dekat satu sama lain di lahan pertanian, sebuah praktik yang dikenal sebagai aron. Aron telah berkembang menjadi sistem yang membangun ikatan dalam komunitas petani, yang mengarah pada pola kerjasama yang terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai tertentu yang menghubungkan petani Karo lainnya dalam suatu kesepakatan. Hak dan kewajiban masing-masing anggota dituangkan dalam perjanjian sebagai konsekuensi dari perjanjian tersebut. Setelah ini, Aron dibuat sebagai model kolaborasi yang memungkinkan modifikasi dalam pengaturan kerja sama. Masyarakat Karo merupakan masyarakat pedesaan yang secara historis menempatkan penekanan kuat pada pertanian sebagai penggerak ekonomi utamanya. Padi dianggap sebagai salah satu tanaman yang paling signifikan ditanam oleh orang Karo. Selain penting dalam perekonomian masyarakat Karo, beras juga memainkan peran penting dalam praktik keagamaan dan sosial budaya. Dengan harapan tercapainya hasil yang baik, yang nantinya akan diwujudkan dalam bentuk pesta guro-guro aron, maka setiap langkah proses penanaman, dari awal hingga akhir, harus diakui, dihargai, dan menunjukkan rasa syukur agar hasil yang diperoleh memuaskan. Suku Karo ialah budaya yang memegang teguh tradisi yang telah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya oleh nenek moyang mereka. Tradisi ini telah diturunkan dari generasi ke generasi. Kegiatan Guro-guro aron Year Work mencerminkan kehidupan sosial masyarakat Karo yang kaya akan cita-cita gotong royong, dan nilai-nilai sosial sebagai falsafah hidup. Dalam bidang pertanian Karo, orang yang bergotong royong atau melakukan usaha pertanian di sawah, kebun, atau sawah disebut aron. Orang Karo memiliki sejarah panjang bekerja sama dalam jarak dekat satu sama lain di lahan pertanian, sebuah praktik yang dikenal sebagai aron. Aron telah berkembang menjadi sistem yang membangun ikatan dalam komunitas petani, yang mengarah pada pola kerjasama yang terdiri dari norma-norma dan nilai-nilai tertentu yang menghubungkan petani Karo lainnya dalam suatu kesepakatan. Hak dan kewajiban masing-masing anggota dituangkan dalam perjanjian sebagai konsekuensi dari perjanjian tersebut. Setelah ini, Aron dibuat sebagai model kolaborasi yang memungkinkan modifikasi dalam pengaturan kerja sama. Bagi masyarakat Karo yang tinggal di pedesaan dan mengandalkan mata pencaharian sebagai petani dengan lahan yang luas tidak mungkin dapat menyelesaikan masalah pertaniannya sendiri tanpa bantuan dari masyarakat sekitarnya. Dengan cara bergotong royong dan bekerja sama dalam sistem aro­n-lah masalah yang berat dapat diselesaikan dengan cara bekerjasama. Dan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa maka dilakukanlah upacara guro-guro aron yang sarat dengan nilai-nilai filosofis sosial-budaya.


Keywords


Masyarakat Karo, Guro-guro aron, Nilai-Nilai Filosofis

Full Text:

PDF

References


Arikuntoro Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratek. Jakarta:Rineka Cipta

Blackburn, Simon, Oxford Dictionary of Philosophy, UK, Oxford University Press, 1996.

Clifford, Geertz, Penjaja dan Raja. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 1989.

E P. Ginting, Religius Karo, Kabanjahe, Abdi Karya. 1999.

Ginting, Herlina,. Folklor Batak. Medan.: USU, 1999.

Isna, Mansur, Diskursus Pendidikan Islam, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001

Koentaraningrat. Sejarah dan Teori Antropologi. Jakarta: Bulan Bintang, 1987.

Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Gramedia. Jakarta. 1993

Praja, Juhaya S. Aliran-Aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Kencana. 2003.

Prinst, Darwin, Kamus Karo Indonesia. Medan: Bina Media Perintis. 2002.

Russel, Bertrand, A History Of Western Philosophy, New York, Simon And Schuster, 1945.

Smith SS, The New International Webster's Comprehensive Dictionary of the English Language, Florida, Triden Press International, 1996.

Tarigan, Sarjani, Lentera kehidupan Orang Karo dalam Berbudaya. Medan: SiBNB Press-BABKI. 2009

Thoha, M. Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996

Van Peursen, Strategi Kebudayaan, Jakarta: Kanisus, 1976.

W,J,S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1984




DOI: http://dx.doi.org/10.31604/jips.v9i9.2022.3472-3488

Article Metrics

Abstract view : 1820 times
PDF - 834 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.