INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT DAN KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT SUKU MANDACAN DALAM MEMANFAATKAN TANAMAN OBAT DI DESA ANGGI GIDA, KABUPATEN. PEGUNUNGAN ARFAK, PROVINSI PAPUA BARAT
Abstract
Kabupaten pegunungan Arfak yang terletak di Provinsi Papua Barat merupakan daerah yang memiliki kontur geografis pegunungan dengan ketinggian berkisar antara 1800 Meter DPL hingga 2200 Meter DPL. Memiliki suhu pada siang hari 20°C hingga 18°C. Pada malam hari suhu berada pada kisaran 17°C hingga 12°C. Masyarakat yang mendiami daerah pegunungan arfak merupakan suku mandacan dan memiliki empat sub suku asli yakni: hatam, sougb, meyah dan moilei. Sub suku tersebut memiliki mata pencarian pada bidang pertanian. Potensi sumber daya alam yang terdapat di wilayah tersebut melahirkan kearifan lokal yang menyebabkan suku asli terampil dalam memanfaatkan tumbuh-tumbuhan di sekitarnya sebagai bahan obat. Kearifan lokal masyarakat, khususnya di daerah Anggi Gida, Kabupaten Pegunungan arfak dalam memanfaatkan tumbuhan obat, merupakan warisan yang diturunkan dalam kurun waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat dan eksplorasi kearifan lokal pada masyarakat Anggi Gida. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan metode survey dan wawancara secara langsung pada sejumlah masyarakat Anggi Gida melalui metode snowball sampling. Hasil dari penelitian didapat ada sekitar 20 family tanaman yang di gunakan untuk obat, tanaman tersebut adalah Plantaginaceae, Asteraceae, Crassulaceae, Zingiberaceae, Solanaceae, Lamiaceae, Apiaceae, Boraginaceae, Achantaceae, Cannaceae, Oxalidaceae, Campanulaceae, Selaginellaceae, Equisetaceae, Urticaceae, Rubiaceae, Nepenthaceae, Dipteridaceae dan Amaryllidaceae. Sedangkan bagian tanaman yang di manfaatkan untuk pengobatan ialah daun, batang, bunga, rimpang dan umbi.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Adiputra, N. dan S, Handari.2007. Strategi Pelestarian Tanaman Obat dalam Perspektif Budaya. Jurnal bumi lestari. Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Budiwiyanto. 2005. Tinjauan Tentang Perkembangan Pengaruh Local Genius dalam Seni Bangunan Sakral (Keagamaan) di Indonesia. Ornamen. 2(1): 25-35.
Burgess, R. G. (1982). Field Research: a Sourcebook and Field Manual. London: Unwin Hyman.
John, R. 1997. Common Forest Trees of Irian Jaya Papua – Indonesia. Royal Botanical Garden, Kew. Inggris.
Kafiar P Frans, 2013, Kearifan lokal suku amungme dalam peneglolaan sumber daya alam dan lingkungan di kabupaten Mimika Papua, Jurnal EKOSAINS. Vol V. No. 1. Maret 2013
Keraf, S. Sonny. 2010. Etika Lingkungan. PT. Kompas Media Nusantara. Jakarta
Kumalasari. L.O.R. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No. 1, April 2006, 01-07.
Mulyadi, 2014, (On-Line) Budaya Pertanian Papua: Perubahan Sosial dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat Arfak, BPK Provinsi Papua Barat. Diakses pada Tangal 04 Juni 2017, dialamat : http://manokwari.bpk.go.id/?page_id=1302
Negara, P.D. 2011. Rekonstruksi Kebijakan Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Kearifan Lokal sebagai Kontribusi Menuju Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Indonesia. Jurnal Konstitusi. IV(2): 91-138
Petocz, R. 1987. Konservasi Alam dan Pembangunan Irian Jaya. PT. Gramedia. Jakarta
Pigram, C.J. and H.L. Davies. 1987. Terranes and the Accreation History of the New Guinea Orogen. Bureau of Mineral Resources, J. Aust. Geol. Geophys. 10:193- 211.
Primack, R. B. 1998. Biologi Konservasi. Penerbit Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Widodo, E., Mukhtar (2000). Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif. Yogyakarta: Avyrouz
Yunus, R. 2012. Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Genius) sebagai Penguat Karakter Bangsa: Studi Empiris tentang Huyula. Yogyakarta: CV. Budi Utama.
DOI: http://dx.doi.org/10.31604/jips.v8i5.2021.1196-1209
Article Metrics
Abstract view : 259126 timesPDF - 3899 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.